ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Astagfirullah Inilah Tanda-tanda Akhir Zaman, Kala Manusia Tidak Peduli Halal-Haramnya Harta… |
Berita tentang korupsi dan suap-menyuap di kalangan pejabat tanah air
sudah sering tersiar di berbagai media dan menjadi hal yang biasa bagi
masyarakat.
Korupsi adalah praktik mencari harta yang batil, danmerupakan perkara yang sudah pasti diharamkandalam Islam. Merebaknya korupsi ini bisa kita kaitkan dengan ketidak pedulian orang tentang asal-muasal hartanya, apakah dari sumber yang halal, atau dari sumber yang haram. Ketika manusia sudah tidak lagi peduli tentang yang halal dan yang haram, ini adalah salah satu tanda akhir zaman.
Korupsi adalah praktik mencari harta yang batil, danmerupakan perkara yang sudah pasti diharamkandalam Islam. Merebaknya korupsi ini bisa kita kaitkan dengan ketidak pedulian orang tentang asal-muasal hartanya, apakah dari sumber yang halal, atau dari sumber yang haram. Ketika manusia sudah tidak lagi peduli tentang yang halal dan yang haram, ini adalah salah satu tanda akhir zaman.
Berikut penjelasannya:
Apabila sifat Wara’ (tidak tamak terhadap harta dan kehidupan dunia) sudah berkurang dari diri seorang muslim, maka nilai agama dalam dirinya pun semakin berkurang. Dan apabila nilai agamanya berkurang, maka ia akan terjerumus kedalam syubhat (perkara yang halal-haramnya diragukan). Setelah itu, ia akan terjerumus ke dalam perkara yang diharamkan agama. Ia pun tidak akan peduli lagi kepada sumber kekayaan; Apakah bersumber dari yang halal ataukah dari yang haram?
Fenomena ketidakpedulian kepada sumber harta dan kekayaan ini sudah muncul dan terjadi pada zaman ini, tepat seperti apa yang telah di sabdakan oleh Nabi Muhammad SAW. Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Akan tiba satu zaman yang ketika itu orang tidak peduli lagi bagaimana ia mendapat harta, apakah dari sumber yang halal ataukah yang haram.”
Apabila sifat Wara’ (tidak tamak terhadap harta dan kehidupan dunia) sudah berkurang dari diri seorang muslim, maka nilai agama dalam dirinya pun semakin berkurang. Dan apabila nilai agamanya berkurang, maka ia akan terjerumus kedalam syubhat (perkara yang halal-haramnya diragukan). Setelah itu, ia akan terjerumus ke dalam perkara yang diharamkan agama. Ia pun tidak akan peduli lagi kepada sumber kekayaan; Apakah bersumber dari yang halal ataukah dari yang haram?
Fenomena ketidakpedulian kepada sumber harta dan kekayaan ini sudah muncul dan terjadi pada zaman ini, tepat seperti apa yang telah di sabdakan oleh Nabi Muhammad SAW. Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Akan tiba satu zaman yang ketika itu orang tidak peduli lagi bagaimana ia mendapat harta, apakah dari sumber yang halal ataukah yang haram.”
Dewasa ini, jika kita amati, kita akan mendapati bahwa sebagian besar
masyarakat serakah dalam mengumpulkan kekayaan dengan pelbagai cara dari mana
saja, baik yang halal maupun yang haram.
Oleh karena itu, sekarang ini banyak sekali kontrak-kontrak kerja yang rusak, dan orang-orang mulai menyepelekan pekerjaan dan jual-beli barang-barang haram. Seperti jual beli minuman keras, dan pakaian wanita yang terbuka, atau melakukan riba, dan menyewakan tempat usaha kepada orang yang menjalankan usaha haram. Firman Allah, “Makanlah dari makanan-makanan yang baik.” (Al-Mu’minun: 51).
Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik saja. Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan, maka neraka lebih pantas untuk orang yang makan daging seperti ini.
Orang yang bersikap hati-hati dan menghindar dari perkara-perkara syubhat pun nantinya menjadi asing di tengah masyarakat, dan menjadi sosok ideal yang luar biasa. Bahkan nanti, orang yang tidak menerima suap tidak akan bertahan lama dengan jabatannya. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menghindar dari perkara syubhat, maka selamatlah agama dan kehormatannya. Dan barang siapa terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia telah terjerumus kedalam perkara yang diharamkan.”
Semoga Allah mencurahkan hidayah-Nya kepada kita, dan menetapkan kita selalu berada dalam agama yang diridhai-Nya.
Oleh karena itu, sekarang ini banyak sekali kontrak-kontrak kerja yang rusak, dan orang-orang mulai menyepelekan pekerjaan dan jual-beli barang-barang haram. Seperti jual beli minuman keras, dan pakaian wanita yang terbuka, atau melakukan riba, dan menyewakan tempat usaha kepada orang yang menjalankan usaha haram. Firman Allah, “Makanlah dari makanan-makanan yang baik.” (Al-Mu’minun: 51).
Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik saja. Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan, maka neraka lebih pantas untuk orang yang makan daging seperti ini.
Orang yang bersikap hati-hati dan menghindar dari perkara-perkara syubhat pun nantinya menjadi asing di tengah masyarakat, dan menjadi sosok ideal yang luar biasa. Bahkan nanti, orang yang tidak menerima suap tidak akan bertahan lama dengan jabatannya. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menghindar dari perkara syubhat, maka selamatlah agama dan kehormatannya. Dan barang siapa terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia telah terjerumus kedalam perkara yang diharamkan.”
Semoga Allah mencurahkan hidayah-Nya kepada kita, dan menetapkan kita selalu berada dalam agama yang diridhai-Nya.
Baca Juga :