ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Astagfirullah Inilah Hal Yang Menyekutukan Allah Dan Dosa Paling Besar, Apakah Di Ampuni...Atau... ?Berikut Penjelasannya Sangat Mencengangkan ? |
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa
barakatuhu. Kenapa Syirik masuk ke dalam salah satu dosa besar dan tidak
diampuni?
Jawaban:
Tidak hanya salah satu dosa besar, bahkan syirik adalah
doa yang paling besar yang pernah dijelaskan oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam ketika Abdullah Ibn Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu bertanya
tentang itu;
أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ؟ قَالَ: أَنْ تَجْعَلَ للهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ
“Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah? Beliau
menjawab: Dosa membuat tandingan untuk Allah, padahal
Dialah yang menciptakanmu." (HR: Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Alasan syirik masuk dosa paling besar dapat dipahami
dari aspek etika pada contoh berikut ini. Seorang anak yang sejak kecil dibesarkan
orangtuanya, diberikan nakfah meskipun dalam keadaan sulit, dididik menjadi
orang yang baik, diberikan perhatian lebih dari perhatian mereka kepada orang
lain hingga anak sudah besar sekalipun, sudah cukup menjadi alasan adanya hak
orangtua untuk dipatuhi dan dihormati anak. Bahkan hanya sekedar payah dan
letih yang telah dikerahkan orangtua sama sekali tidak akan mampu dibalas anak.
Naluri manusia normal akan mengatakan anak itu tidak
bermoral dan durhaka jika tidak patuh dan tidak menaruh rasa hormat kepada
orangtuanya meski kasih sayang mereka tidak akan luntur oleh sikap anak yang
tidak bermoral tersebut. Barangkali sikap tidak bermoral yang terbayang bagi
kita saat ini adalah dengan sebab kata-kata yang menyakiti, tidak peduli,
hingga mengusir mereka, dan sebagainya -naudzubillah.
Akan tetapi ternyata hal lain yang dapat membuat
orangtua terluka dan sedih adalah jika anak yang mereka besarkan justru
menggantungkan harapan kepada orang lain yang sama sekali tidak ada hubungan
dengannya padahal orangtua masih sanggup memenuhi harapan anak mereka,
memberikan perhatian lebih kepada orang lain namun tidak peduli pada kedua
orang tuanya, seakan pura-pura tidak mengetahui seperti mereka dianggap tidak
ada.
Betapa besar kecemburuan orangtua kepada anaknya jika
mereka tidak dijadikan tumpuan harapan oleh anak meski mereka mampu memberikan
apa yang diharapkan anak, sebagaimana mereka akan lebih cemburu jika perhatian
yang seharusnya menjadi hak mereka justru diberikan anaknya kepada orang lain.
Namun apa dikata, orangtua tidak kuasa menghukum anaknya karena kasih sayang
menyelimuti amarahnya. Tinggallah di sini satu dosa besar bagi anaknya karena
telah durhaka kepada kedua orang tuanya.
Lebih dari hubungan orangtua dengan anak,
hubungan Allahdengan
makhluknya jauh lebih kuat dari hanya sekedar hubungan memberi nikmat yang
tidak dapat dihitung oleh makhluk sebagai penerima nikmat tersebut, bahkan
hubungan yang tidak ada di antara orang tua dengan anaknya, yaitu hubungan
antara yang disembah dengan yang disembah atau hubungan ubudiyah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya
kepada Mu‘az Ibn Jabal radhiyallahu ‘anhu;
هَلْ تَدْرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ؟ قَالَ: قُلْتُ اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ «
فَإِنَّ حَقَّ اللهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Tahukah kamu hak Allah yang
wajib dipenuhi hamba-Nya? Muaz menjawab: Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah melanjutkan: Hak Allah yang
harus dipenuhi hamba-Nya adalah disembah dan tidak boleh diperserikatkan dengan
yang lain.” (HR: Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Barangkali yang menjadi kekhawatiran sebagian orang
yang terjerumus kepada kesyirikan adalah tidak akan mendapatkan ampunan Allah subhanahu
wa ta‘ala berdasarkan surat an-Nisa’ ayat 116 yang berbunyi;
إِنَّ اللهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Sesungguhnya Allah tidak
mengampuni dosa syirik, namun Dia mengampuni dosa lainnya bagi orang yang
dikehendaki-Nya. Siapa saja memperserikatkannya berarti amat jauh
kesesatannya.”
Namun dalam surat al-Furqan ayat 68-71 Allah berfirman;
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلهًا آَخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
(68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا
(69) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَحِيمًا
(70) وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللهِ مَتَابًا
(71)
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain
beserta Allah dan
tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allahkecuali dengan
alasan yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan yang demikian
itu, niscaya dia mendapat balasan dosanya. Akan dilipatgandakan azab untuknya pada
hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina. Kecuali
orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan
mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Allah maha
pengampun lagi maha penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan
amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan
taubat yang sebenar-benarnya.”
Di sini disebutkan salah satu dosa besar yaitu
memperserikatkan Allah dalam penyembahan, namun berikutnya Allah memberikan
jaminan ampunan bagi orang yang bertaubat dan melaksanakan amalan saleh agar
dosa-dosa tersebut dapat digantikan oleh Allah dengan
kabaikan.
Ayat pertama dapat dipahami menggunakan hadis berikut;
عَنْ جَابِرٍ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَا الْمُوجِبَتَانِ؟ فَقَالَ: مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
Dari Jabir, ia berkata; Seseorang mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Apakah dua keniscayaan
itu? Beliau manjawab; Orang yang meninggal tanpa memperserikatkan Allah niscaya
dia masuk surga. Dan siapa yang meninggal dalam keadaan syirik kepada Allah niscaya
dia masuk neraka."(HR:
Imam Ahmad dan Imam Muslim)
Jika pemahaman hadis ini dipadukan dengan ayat di atas
dapat dipahami bahwa orang yang meninggal dalam keadaan syirik, kufur, dan
tidak bertaubat sebelum ia meninggal tidak akan Allah ampuni. Berbeda
dengan dosa besar lainnya meski terbawa mati, jika Allah kehendaki
akan diampuni sesuai dengan firmannya.
Namun tidak lantas seseorang yang sempat terjerumus
kepada kesyirikan membuatnya putus asa seakan sudah pasti tidak akan diampuni
oleh Allah subhanahu
wa ta‘ala padahal Allah masih memberikannya kehidupan untuk digunakan untuk
benar-benar bertaubat kepada-Nya dan memperbanyak amal kebaikan.
Bukankah kekufuran dan penyembahan tuhan yang lain
adalah syirik yang paling besar, namun jika penganutnya bersyahadat dan
meninggalkan kesyirikan maka Allah akan mengampuninya selama tidak kembali kepada
kesyirikan dan mati dalam keadaan itu.
Imam Thabari di dalam tafsirnya menjelaskan sebab turun
surat an-Nisa ayat 116 di atas pada kasus seseorang yang yang bernama Tha‘mah
Ibn Ubairiq yang meninggal dalam keadaan munafik, syirik dan mengkhianati Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam;
إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ لِطَعْمَة إِذْ أَشْرَكَ وَمَاتَ عَلَى شِرْكِهِ بِاللهِ، وَلَا لِغَيْرِهِ مِنْ خَلْقِهِ بِشِرْكِهِمْ وَكُفْرِهِمْ بِه.
"وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ"، أَيْ: وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ الشِّرْكِ بِاللهِ مِنَ الذُّنُوْبِ لِمَنْ يَشَاءُ. يَعْنِيْ بِذلِكَ جَلَّ ثَنَاؤُهُ: أَنَّ طَعْمَةَ لَوْلَا أَنَّهُ أَشْرَكَ بِاللهِ وَمَاتَ عَلَى شِرْكِهِ، لَكَانَ فِيْ مَشِيْئَةِ اللهِ عَلَى مَا سَلَفَ مِنْ خِيَانَتِهِ وَمَعْصِيَتِهِ، وَكَانَ إِلَى اللهِ أُمْرُهُ فِيْ عَذَابِهِ وَالْعَفْوِ عَنْهُ، وَكَذلِكَ حُكْمُ كُلِّ مَنِ اجْتَرَمَ جُرْمًا، فَإِلَى اللهِ أَمْرُهُ، إِلَّا أَنْ يَكُوْنَ جُرْمُهُ شِرْكًا بِاللهِ وُكُفْرًا، فَإِنَّهُ مِمَّنْ حَتْمٌ عَلَيْهِ أَنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ إِذَا مَاتَ عَلَى شِرْكِهِ، فَأَمَّا إِذَا مَاتَ عَلَى شِرْكِهِ، فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ
“Allah tidak akan mengampuni Tha‘mah karena dia mati
dalam keadaan syirik kepad Allah, begitu juga Allah tidak
akan mengampuni manusia lainnya yang mati dalam keadaan syirik dan kufur
kepada Allah.
Dan Allah akan
mengampuni dosa lainnya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Maksudnya, Allah akan
mengampuni dosa-dosa lainnya selain dosa syirik kepada Allahhanya bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Dari ayat itu dapat dipahami, sekiranya Tha‘mah
tidak mempersekutukan Allah dan tidak meninggal dalam keadaan syirik, tentunya
dia masih ada peluang masuk dalam kehendak Allah agar
pengkhianatan dan maksiatnya yang lain diampuni, dan segala urusannya
diserahkan kepada Allah apakah akan disiksa terlebih dahulu atau justeru
diampuni. Begitu juga dengan siapapun yang melakukan dosa, maka urusannya
diserahkan kepada Allah(antara diampuni atau disiksa), selama dosa tersebut bukan
dosa syirik dan kekufuran, karena sudah pasti pelakunya termasuk penghuni neraka jahannam
jika mati dalam keadaan syirik. Karena siapapun yang mati dalam keadaan
syirik Allahmengharamkan
surga baginya, dan tempatnya adalah di neraka."
Dengan demikian, nasihat bagi kita semua agar memanfaatkan
nikmat hidup ini untuk berjalan di jalan yang lurus, patuh kepada Allah, tidak
melakukan kesyirikan, karena kita tidak mengetahui kapan ajal menjemput tanpa
ada kesempatan bertaubat kepada Allah. Semoga kita
dijauhkan dari dosa syirik, dan diampuni segala dosa lainnya dengan penuh harap
dan optimis selagi Allahmasih memberikan kesempatan hidup bagi kita.
Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman dalam surat
az-Zumar ayat 53.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Sampaikanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui
batas atas diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari menggapai kasih
sayang Allah.
Sesungguhnya Allah dapat
mengampuni semua dosa, dan sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha
penyayang.”
Wallahu A’lam
Rubrik ini diasuh oleh
Ustaz Zul Ashfi, S.S.I, Lc Wallahu A’lam
Baca Juga:
Subhanallah… Dalam Cobaan yang Berat Ibu Ini Masih Semangat Bekerja Demi Keluarga… Patut Di Teladani…
Naudzubillah Orang yang Meninggal Karena Bunuh Diri, Akan Jadi Seperti Ini di Akhirat. Ternyata Ini yang Akan Terjadi, Sampai Segitunya...